Meskipun berkali-kali kau toreh luka dihati ini....
Aku tetap tersenyum.....
Walaupun kau tak hiraukan aku......
Aku masih tersenyum.....
Kau abaikan perasaan aku.....
Perasaan cinta yang tulus murni....
Meskipun begitu, sebenarnya aku telah menantimu......
Aku yakin, suatu saat nanti
Meskipun hanya sebatas keyakinan dan harapan.....
Yakin datangnya cintamu padaku....
Kasih sayangmu yang kudambakan selama ini.....
Saat itu kau akan mengetahui apa yang telah aku rasakan selama ini....
Dan tahukah kamu....???
Pada saat itu aku masih menantimu....
Aku terima kehadiranmu....
Hingga akhirnya, aku tetap masih menantimu......
Menantimu hingga kau menjadi milikku.....
By : Muhammad Sayuti
Kamis, 30 Desember 2010
Rabu, 22 Desember 2010
BUAH POHON KEBERHASILAN
Perjalanan hidup seringkali sederhana, bahkan kita bisa berkaca pada kehidupan masa kanak-kanak kita sendiri. Pernahkah, diwaktu kecil dulu, kita melihat pohon mangga berbuah lebat dipekarangan sebelah rumah?
Biasanya, kita bergerak untuk memanjat dan memetik berapa buah untuk kita santap bersama teman-teman sepermainan. Atau jika terlalu untuk dipanjat, kita kumpulkan kerikil dan ramai-ramai melempari buah-buah yang bergelantungan itu.
Ketika masih kecil kita sudah tahu, kita takkan melemparkan sebuah kerikil pun pada pohon yang tak berbuah bukan?! Jika kini kita bagaikan sebuah pohon mangga yang berbuat lebat, dengan berbagai keberhasilan hidup, maka tak perlu kita menyalahkan orang lain yang ingin juga mencicipinya.
Sebagian keberhasilan memang untuk dinikmati sendiri, namun sebagian yang lain adalah untuk dibagi-bagikan. Maka, sebelum pohon keberhasilan kita dilempari batu oleh anak-anak sebelah rumah, ada baiknya kita menjadi tetangga yang baik, yang berkenan membagi buah ranum kita sekedarnya, Apalagi jika ternyata beberapa daun kering pohon kita juga turut mengotori halaman mereka.
sumber : "Menggenggam Mutiara Kehidupan"
Biasanya, kita bergerak untuk memanjat dan memetik berapa buah untuk kita santap bersama teman-teman sepermainan. Atau jika terlalu untuk dipanjat, kita kumpulkan kerikil dan ramai-ramai melempari buah-buah yang bergelantungan itu.
Ketika masih kecil kita sudah tahu, kita takkan melemparkan sebuah kerikil pun pada pohon yang tak berbuah bukan?! Jika kini kita bagaikan sebuah pohon mangga yang berbuat lebat, dengan berbagai keberhasilan hidup, maka tak perlu kita menyalahkan orang lain yang ingin juga mencicipinya.
Sebagian keberhasilan memang untuk dinikmati sendiri, namun sebagian yang lain adalah untuk dibagi-bagikan. Maka, sebelum pohon keberhasilan kita dilempari batu oleh anak-anak sebelah rumah, ada baiknya kita menjadi tetangga yang baik, yang berkenan membagi buah ranum kita sekedarnya, Apalagi jika ternyata beberapa daun kering pohon kita juga turut mengotori halaman mereka.
sumber : "Menggenggam Mutiara Kehidupan"
Rabu, 15 Desember 2010
SAHABAT
Sahabat, kau selalu ada dihari-hariku.....
Kau selalu menemaniku....
Kau selalu menyapaku, menegurku....
Tak lelah dan tanpa ragu kau menasehatiku.....
Sahabat, tahukah engkau kebahagianmu kebahagianku...
Sedihmu sedihku....
Sahabat, tetaplah tersenyum.....
Dalam senyuman indahmu kutemukan kebahagiaan...
Sahabat, jangan lelah kau tegur sapa kepadaku....
Jangan goyah kau menasehati aku....
Disini, didalam jiwa ini, aku menyanyangimu.....
Kau selalu menemaniku....
Kau selalu menyapaku, menegurku....
Tak lelah dan tanpa ragu kau menasehatiku.....
Sahabat, tahukah engkau kebahagianmu kebahagianku...
Sedihmu sedihku....
Sahabat, tetaplah tersenyum.....
Dalam senyuman indahmu kutemukan kebahagiaan...
Sahabat, jangan lelah kau tegur sapa kepadaku....
Jangan goyah kau menasehati aku....
Disini, didalam jiwa ini, aku menyanyangimu.....
Langganan:
Postingan (Atom)